Ini bukan Hari [Ibu] Kartini
Hari ini, di fesbuk, di twitter, plurk, kaskus,di pasar, toko kelontong, balai desa, kantor lurah, kantor camat, kantor- kantoran, di sekolahan, di dapur, ramai sekali yang membicarakan tentang kepahlawanan seorang Kartini. Semua kita, dan kita semua sudah mengenal betul bagaimana berat dan mulianya perjuangan seorang Ibu Kartini. Hari ini, seluruh media di Indonesia, katakanlah, ramai - ramai mengungkap kembali kisah - kisah Beliau. Emansipasi, saya memang kurang mengerti maksud yang sebenarnya dari kata ini. Sama seperti teman saya bilang melalui note FB nya, " Tapi katanya sih untuk mensejajarkan kedudukan wanita sama pria, walo dalam kenyataannya Pria sering disuruh berdiri untuk mempersilahkan wanita untuk duduk, artinya ya ga sejajar dunk ". Ya...memang terlalu dangkal, namun begitulah kenyataannya. Kadang tujuan emansipasi yang sebenarnya telah melenceng ketika diterapkan di kehidupan nyata, apalagi di zaman yang serba modern seperti sekarang ini.
Mari sejenak kita merenung.......
Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini disebutkan dalam firman Allah,
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman: 14)
Begitu pula dalam firman-Nya,
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, Nabi menjawab, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?”“Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari, Kitab al-Adab no. 5971 juga Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah no. 2548)
Dari hadits di atas, hendaknya besarnya bakti kita kepada ibu tiga kali lipat bakti kita kepada ayah. Kemudian, kedudukan isteri dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa seseorang (suami) telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian.” (QS. Ar-Rum: 21)
Ibu adalah segalanya bagi kita, kawan
Sumber foto : Google
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TEMBOK KESOMBONGAN
"We build too many walls and not enough bridges" (Kita terlalu banyak membangun dinding, dan tak cukup banyak membangun jembatan...
-
Di desaku, tepatnya di pusat desa yang biasa disebut "Simpang Empat" berdiri kokoh sebuah masjid kebanggaan warga desa kami Tanjun...
-
Sekedar sharing buat teman - teman para penggemar novel karya Andrea Hirata. Beberapa waktu yang lalu telah berhasil diterjemahkan ke dalam ...
Ibu adalh hal segala nya. Dia lah yang sangat terbaik dan selalu ada bersama kita. Terimakasih banyak untuk informasi yang di beikan mengenai sosok Ibu kta ya min
BalasHapus