Kumpai, begitulah kami menyebutnya. Sejak tecelang biji mato ke dunio begitulah namonyo disebut. Bagi orang awam seperti saya yang tak terlalu mengerti dengan jenis2 tumbuhan serta klasifikasinya, kumpai menurut saya adalah sejenis tanaman parasit mirip dengan ilalang di "darat". Di desa kami, tanaman ini sangat leluasa tumbuh tanpa disuruh, tanpa diinginkan, kecuali oleh para sapi dan kerbau. Pada saat musim penghujan tiba kumpai berubah wujud menjadi "bentoh" yang tergenang air tawar/rawa2 yang pasang surut tergantung musim. Kumpai - kumpai yang telah menjadi bentoh itu sifatnya agak tebal karena tumpukan akarnya yang sudah tebal dan berbalut tanah liat. Namun, karena tekanan air yang lebih kuat dari massa bento maka di saat air dalam keadaan dalam (pasang) bento2 itu terangkat ke permukaan air membentuk lapisan yang tebal namun jangan sekali2 mencoba untuk berdiri di atasnya karena ada sebagian dari bentoh yang tidak cukup kuat untuk menahan tubuh kita di atas air.
Lanjut,..
Kumpai begitu fenomenal dalam cerita di desa kami. Apalagi ketika musim "air dalam" tiba. Rawa - rawa desa kami akan tampak hijau membentang dari hulu ke hilir membentuk pemandangan yang sangat indah layaknya padang rumput di New Zealand. Dengan warna hijau kekuning-kuningan kumpai membentang menutupi 90% lapisan air rawa (data dari penelitian tim burek tegantung tahun 1998 ). Terlihat sejuk dipandang memang,
Pada musim kemarau, saat curah hujan mulai rendah dan air rawa sudah kering ditelan tanah maka dengan manisnya kumpai/bentoh pun ikut turun ke tanah membentuk "padang kumpai" tempat anak - anak desa kami dan sapi2 bermain. Kumpai telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya desa kami. Kumpai, ariamun, eceng gondok, batang siur, batang gelam, batang rengas, adalah nama2 yang tak terpisahkan bila kita bercerita tentang bagian "laut" desa kami yang sering tergenang air itu...
Itulah cerita tentang kumpai...
Sekian terima kasih
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TEMBOK KESOMBONGAN
"We build too many walls and not enough bridges" (Kita terlalu banyak membangun dinding, dan tak cukup banyak membangun jembatan...
-
Di desaku, tepatnya di pusat desa yang biasa disebut "Simpang Empat" berdiri kokoh sebuah masjid kebanggaan warga desa kami Tanjun...
-
Sekedar sharing buat teman - teman para penggemar novel karya Andrea Hirata. Beberapa waktu yang lalu telah berhasil diterjemahkan ke dalam ...
Disitu jugo uji urang banyak Buayo..... padahal Buayo tak galak tempat bak'itu. Jad bakmanolah... hehehe
BalasHapuswakakakakak, ado kursi biru di pojok kiri
BalasHapusada gosip bahwah menyebarnya kumpai atau yang menjadikan kumpai hidup subur dikarnakan aliran pupuk urea limbah dari PT cinta manis, tapi aneh nya sampai detik ini tidak ada satu pun urang dusun yang memprotes kejadian tsb, mungkin di karnakan kumpai ini bermanfaat juga untuk dijadikan makanan ternak seperti sapi sapi yang lagi nyantai seperti contoh diatas
BalasHapusCerita ini sangat memberikan inspirasi sekali bagi kita ya. Terimakasih banyak atas informasi nya
BalasHapusBerarti kumpai sendiri tidak bisa di manfaatkan oleh kita ya min? Mohon informasi nya ya min
BalasHapus