5.18.2009

Senandung Masa Kecil Bag. 1

Ini adalah sebuah cerita dari desaku, dusun kami yang selalu berada di dalam hatiku. Desa yang penuh dengan kenangan dan di sanalah aku dilahirkan dan dibesarkan. Desaku adalah sebuah dusun yang berada di daerah dataran rendah.Oleh karena itulah desaku dikelilingi oleh rawa - rawa yang biasa kami sebut dengan " Lebak". Karena banyak terdapat rawa - rawa maka di desa kami dan desa - desa tetangga yang lain banyak menghasilkan ikan - ikan air tawar.





Sebagian penduduk desa kami memang ada yang berprofesi tambahan sebagai " nelayan lebak " di samping terkenal banyak penduduk yang bermata pencaharian Pandai Emas. Kegiatan di lebak atau "Laut" (seperti yang sering kami katakan waktu masih kecil dulu) juga banyak macamnya. Ada yang hobi mancing ikan, baik itu ikan "Ruwan" atau ikan Gabus, ataupun ikan "Toman". Di samping memancing ada juga yang rela berlama - lam berendam di air dengan membawa sebuah alat yang kami sebut "Rekap" ( Huruf "E" dibaca seperti kiat menyebut kata Elang..red). Ada juga yang memasang sebuah perangkap yang terbuat dari kawat yang disebut "Pengilar".





Pagi - pagi atau sore - sore perangkap itu dipasang di tempat - tempat yang memiliki kemungkinan banyak ikan yang akan berkumpul di sana, dan keesokan harinya dengan hati yang berdebar - debar perangkap itu diangkat dari air dan tampaklah oleh mata, beberapa ekor ikan sepat mata merah (sepat mato abang) dan beberapa sepat laut, dan kalau lagi beruntung bisa juga dapat ikan ruwan yang masih bujang ( remaja,...red). Namun, kadang - kadang ada juga yang sial ketika pengilarnya diangkat bukan ikan yang didapat malah seekor ular atau belut !




Dan masih banyak lagi jenis - jenis kegiatan lainnya di lebak dusun kami. Kalau disebutkan satu persatu mungkin halaman blog ini tidak akan cukup :D :D. Di antara yang lainnya itu adalah : najur, ngempang, mukat, nangkul, nyaloh, nyuluh dan lain sebagainya.




Namun, kegiatan di lebak untuk mencari ikan itu tidak bisa dilakukan sepanjang tahun karena sifat air lebak yang sangat tergantung dengan curah hujan. Jadi, lebak akan pasang kalau lagi musim hujan dan sebaliknya akan kembali surut ketika musim kemarau datang. Dan secara otomatis akan membuat lebak yang tadinya berair menjadi sebuah padang "kumpai" dan "bentoh" yang luas . Mengenai dua kata terakhir yang saya beri tanda petik dua akan saya ceritakan lebih lanjut di postingan berikutnya :D. Dan,..ketika lebak itu berubah menjadi lapangan yang luas, saking luasnya kami sering menyebutnya dengan "Padang", walaupun pada kenyataannya itu bukan padang dalam arti kata yang sebenarnya.




Dimulailah sebuah musim yang menjadi favorit anak - anak desa seperti kami, ya...musim main layang - layang yang sering kami singkat dengan main layangan. Pada petang hari anak - anak di dusun kami tumpah ruah bermain layangan di padang desa. Tak terkecuali laki - laki maupun perempuan, semuanya berkumpul menjadi satu, semuanya berwajah ceria menyambut datangya musim kemarau sekaligus musim main layangan. Seakan tak mau tau kalau di rumah, orang tua kami sedang berfikir keras untuk mendapatkan air bersih untuk memasak air dan mencuci pakaian. Semua tak peduli, yang ada di pikiran waktu itu hanyalah keinginan untuk berkumpul bersama teman - teman, bermain di padang sampai larut malam, sampai orang tua kelabakan mencari - cari sambil berteriak seperti induk ayam kehilangan anaknya. Seperti ibuku dan ibu teman - temanku yang lain. Ketika sudah berada di padang, kami memang seolah lupa akan waktu. Lupa dengan jam, lupa dengan rumah, lupa kalau besok ada PR yang harus dikumpul.




Aku baru pulang kalau sudah larut malam, kalau beduk azan maghrib sedang dikumandangkan. Atau ketika layang - layang kesayanganku tersangkut di pohon rengas besar di padang kami, atau tersangkut di pohon siur, pohon gelam dan pohon kelapa. Biasanya aku pulang dengan wajah yang murung bercampur rasa kesal karena layang - layangku tersangkut di pohon gelam. Aku menangis kepada Ibu untuk dibelikan layangan baru agar besok aku bisa bermain - main lagi di padang, lapangan luas di sebelah selatan desa kami yang penuh dengan kumpai - kumpai itu. Seperti biasanya ibuku selalu mau menuruti kemauanku bila air mataku telah berceceran di pipi bulatku waktu itu.

Dan, malamnya aku sampai bermimpi sedang bermain layang - layang bersama teman - temanku. Tidak terasa hari sudah pagi, aku sudah berpakaian rapi mau berangkat ke sekolah. Dan di sana, di bawah pohon jambu biji itu, kulihat ibuku sedang menepuk - nepuk kasur yang kupakai tadi malam. Rupanya semalam aku bermimpi terlalu asyik sampai - sampai kasur tidurku basah oleh air........ hohohohohohohohohohohohohohohoho

Salam hangat untuk budak - budak Tanjung Batu bersulang
<
Referensi foto Group Keluarga Besar Tg Batu-Palembang/Facebook
Page Urang Diri, Kec. Tg Batu OI

4 komentar:

  1. desaku di jakarta :)

    ajarin main layang-layang dunk. belum pernah nih :(

    BalasHapus
  2. wuahhh, indahnyooo...
    jadi pengen kesana ah kapan2 :D
    btw jadi teringat masa kecil :P

    BalasHapus
  3. Nah... kalu la musem aek dalam.... biaso dulu kami maen prau ke ulu kilir....... Wah... Indahnya masa kecilku di Desa Tanjung Batu Seberang....
    Salam.... dari Bontang

    BalasHapus
  4. Mengenai masa kecil kita itu memang yang paling mengharukan sekaligus sangat lucu sekali ya min. Thank you fr your information ya min heheh jadi inget pas masih kecil pergi bareng tmen di kampung halaman sampe jauh banget lol

    BalasHapus

TEMBOK KESOMBONGAN

"We build too many walls and not enough bridges" (Kita terlalu banyak membangun dinding, dan tak cukup banyak membangun jembatan...